Profil
Para Presiden dan Wakil Presiden
Negara Kesatuan Republik Indonesia
Presiden
1. Ir. H. Soekarno
Periode Jabatan : 1945 sampai 1966
I
Jakarta, 21 Juni 1970 pada umur 69 tahun). Soekarno dilahirkan
dengan nama Kusno Sosrodihardjo. Ayahnya bernama Raden
Soekemi Sosrodihardjo, seorang guru di Surabaya, Jawa. Ibunya
bernama Ida Ayu Nyoman Rai berasal dari Buleleng, Bali.
r. Soekarno (lahir di Blitar, Jawa Timur, 6 Juni 1901 – meninggal di
Ketika kecil Soekarno tinggal bersama kakeknya di
Tulungagung, Jawa Timur. Pada usia 14 tahun, seorang kawan
bapaknya yang bernama Oemar Said Tjokroaminoto mengajak
Soekarno tinggal di Surabaya dan disekolahkan ke Hoogere Burger
School (H.B.S.) di sana sambil mengaji di tempat Tjokroaminoto.
Di Surabaya, Soekarno banyak bertemu dengan para pemimpin
Sarekat Islam, organisasi yang dipimpin Tjokroaminoto saat itu.
Soekarno kemudian bergabung dengan organisasi Jong Java
(Pemuda Jawa).
Tamat H.B.S. tahun 1920, Soekarno melanjutkan ke
Technische Hoge School (sekarang ITB) di Bandung, dan tamat
pada tahun 1925. Saat di Bandung, Soekarno berinteraksi dengan
Tjipto Mangunkusumo dan Dr. Douwes Dekker, yang saat itu
merupakan pemimpin organisasi National Indische Partij.
Soekarno adalah Presiden Indonesia pertama yang
menjabat pada periode 1945 - 1966. Ia memainkan peranan penting untuk memerdekakan bangsa Indonesia dari
penjajahan Belanda. Ia adalah penggali Pancasila. Ia adalah Proklamator Kemerdekaan Indonesia (bersama dengan
Mohammad Hatta) yang terjadi pada tanggal 17 Agustus 1945.
Soekarno menandatangani Surat Perintah 11 Maret 1966 Supersemar yang kontroversial, yang isinya - berdasarkan
versi yang dikeluarkan Markas Besar Angkatan darat - menugaskan Letnan Jenderal Soeharto untuk mengamankan dan
menjaga keamanan negara dan institusi kepresidenan. Supersemar menjadi dasar Letnan Jenderal Soeharto untuk
membubarkan Partai Komunis Indonesia (PKI) dan mengganti anggota-anggotanya yang duduk di parlemen. Setelah
pertanggung jawabannya ditolak Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) pada sidang umum ke empat
tahun 1967, Presiden Soekarno diberhentikan dari jabatannya sebagai presiden pada Sidang Istimewa MPRS di tahun
yang sama dan mengangkat Soeharto sebagai pejabat Presiden Republik Indonesia.
Soekarno sendiri wafat pada tanggal 21 Juni 1970 di Wisma Yaso, Jakarta, setelah mengalami pengucilan oleh
penggantinya Soeharto. Jenazahnya dikebumikan di Kota Blitar, Jawa Timur, dan kini menjadi ikon kota tersebut, karena
setiap tahunnya dikunjungi ratusan ribu hingga jutaan wisatawan dari seluruh penjuru dunia. Terutama pada saat
penyelenggaraan Haul Bung Karno. (
Disarikan dari http://id.wikipedia.org/wiki/Soekarno)
2. H.M. Soeharto (Jenderal TNI Purn.)
Periode Jabatan: 1966 sampai 1998
J
enderal Besar TNI Purn. Haji Moehammad Soeharto, (ER, EYD:
Suharto) (lahir di Kemusuk, Argomulyo, Yogyakarta, 8 Juni 1921
– meninggal di Jakarta, 27 Januari 2008 pada umur 86 tahun)
adalah Presiden Indonesia yang kedua, menggantikan Soekarno,
dari 1967 sampai 1998.
Soeharto menikah dengan Siti Hartinah (Ibu Tien Soeharto)
dan dikaruniai enam anak, yaitu Siti Hardijanti Rukmana (Tutut),
Sigit Harjojudanto, Bambang Trihatmodjo, Siti Hediati Hariyadi
(Titiek), Hutomo Mandala Putra (Tommy), dan Siti Hutami Endang
Adiningsih (Mamiek).
Sebelum menjadi presiden, Soeharto adalah pemimpin
militer pada masa pendudukan Jepang dan Belanda, dengan
pangkat terakhir Mayor Jenderal. Setelah Gerakan 30 September,
Soeharto menyatakan bahwa PKI adalah pihak yang bertanggung
jawab dan memimpin operasi untuk menumpasnya. Operasi ini
menewaskan lebih dari 500.000 jiwa.
Soeharto kemudian mengambil alih kekuasaan dari
Soekarno, dan resmi menjadi presiden pada tahun 1968. Ia dipilih
kembali oleh MPR pada tahun 1973, 1978, 1983, 1988, 1993, dan
1998. Pada tahun 1998, masa jabatannya berakhir setelah mengundurkan diri pada tanggal 21 Mei tahun tersebut,
menyusul terjadinya Kerusuhan Mei 1998 dan pendudukan gedung DPR/MPR oleh ribuan mahasiswa. Ia merupakan
orang Indonesia terlama dalam jabatannya sebagai presiden. Soeharto digantikan oleh B.J. Habibie.
Dalam pemerintahannya yang berlangsung selama 32 tahun lamanya, telah terjadi penyalahgunaan kekuasaan
termasuk korupsi dan pelanggaran HAM. Hal ini merupakan salah satu faktor berakhirnya era Soeharto.
Presiden RI Kedua HM Soeharto wafat pada pukul 13.10 WIB Minggu, 27 Januari 2008[5]. Jenderal Besar yang
oleh MPR dianugerahi penghormatan sebagai Bapak Pembangunan Nasional, itu meninggal dalam usia 87 tahun jam
13.10 WIB setelah dirawat selama 24 hari (sejak 4 sampai 27 Januari 2008) di Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP),
Jakarta. (
Disarikan dari http://id.wikipedia.org/wiki/Soeharto)
3. Prof. Dr. Ing. B.J. Habibie
Periode Jabatan: 21 Mei 1998 sampai 20 Oktober 1999
B
acharuddin Jusuf Habibie (lahir di Parepare, Sulawesi
Selatan, 25 Juni 1936; umur 73 tahun) adalah Presiden
Republik Indonesia yang ketiga.
Habibie merupakan anak keempat dari delapan
bersaudara, pasangan Alwi Abdul Jalil Habibie dan R.A. Tuti
Marini Puspowardojo. Alwi Abdul Jalil Habibie lahir pada
tanggal 17 Agustus 1908 di Gorontalo dan R.A. Tuti Marini
Puspowardojo lahir di Yogyakarta 10 November 1911. Ibunda
R.A. Tuti Marini Puspowardojo adalah anak seorang spesialis
mata di Yogya, dan ayahnya yang bernama Puspowardjojo
bertugas sebagai penilik sekolah. B.J. Habibie adalah salah satu
anak dari tujuh orang bersaudara.
B.J. Habibie menikah dengan Hasri Ainun Besari pada
tanggal 12 Mei 1962, dan dikaruniai dua orang putra, yaitu
Ilham Akbar dan Thareq Kemal
Ia belajar teknik mesin di Institut Teknologi Bandung
tahun 1954. Pada 1955-1965 ia melanjutkan studi teknik
penerbangan, spesialisasi konstruksi pesawat terbang, di RWTH
Aachen, Jerman Barat, menerima gelar diplom ingineur pada
1960 dan gelar doktor ingineur pada 1965 dengan predikat
summa cum laude
.
Habibie pernah bekerja di Messerschmitt-Bölkow-Blohm, sebuah perusahaan penerbangan yang berpusat di
Hamburg, Jerman, sehingga mencapai puncak karir sebagai seorang wakil presiden bidang teknologi. Pada tahun 1973,
ia kembali ke Indonesia atas permintaan mantan presiden Suharto.
Ia kemudian menjabat sebagai Menteri Negara Riset dan Teknologi sejak tahun 1978 sampai Maret 1998.
Sebelum menjabat Presiden (21 Mei 1998 - 20 Oktober 1999), B.J. Habibie adalah Wakil Presiden (14 Maret 1998 - 21
Mei 1998) dalam Kabinet Pembangunan VII di bawah Presiden Soeharto.
Habibie menggantikan Soeharto yang mengundurkan diri dari jabatan presiden pada tanggal 21 Mei 1998.
Jabatannya digantikan oleh Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang terpilih sebagai presiden pada 20 Oktober 1999 oleh
MPR hasil Pemilu 1999. Dengan menjabat selama 2 bulan dan 7 hari sebagai wakil presiden, dan 1 tahun dan 5 bulan
sebagai presiden, Habibie merupakan Wakil Presiden dan juga Presiden Indonesia dengan masa jabatan terpendek.
Setelah menjabat sebagai Presiden, B.J. Habibie dihadapi oleh masalah referendum Provinsi Timor Timur
(sekarang Republik Timor Leste), ia mengajukan hal yang cukup menggemparkan publik saat itu, yaitu mengadakan
jajak pendapat bagi warga Timor Timur untuk memilih merdeka atau masih tetap menjadi bagian dari Indonesia. Pada
masa kepresidenannya, Timor Timur lepas dari Negara Kesatuan Republik Indonesia dan menjadi negara terpisah yang
berdaulat pada tanggal 30 Agustus 1999.
4. K.H. Aburrahman Wahid
Periode Jabatan : 20 oktober 1999 sampai 2001
A
(badan eksekutif) Nahdlatul Ulama dan pendiri Partai
bdurrahman Wahid adalah mantan ketua Tanfidziyah
Kebangkitan Bangsa (PKB).
Abdurrahman Wahid lahir pada hari ke-4 dan bulan
ke-8 kalender Islam tahun 1940 di Denanyar Jombang, Jawa
Timur dari pasangan Wahid Hasyim dan Solichah. Terdapat
kepercayaan bahwa ia lahir tanggal 4 Agustus, namun kalender
yang digunakan untuk menandai hari kelahirannya adalah
kalender Islam yang berarti ia lahir pada 4 Sya’ban, sama
dengan 7 September 1940.
Gus Dur adalah putra pertama dari enam bersaudara.
Wahid lahir dalam keluarga yang sangat terhormat dalam
komunitas Muslim Jawa Timur. Kakek dari ayahnya adalah K.H.
Hasyim Asyari, pendiri Nahdlatul Ulama (NU), sementara kakek
dari pihak ibu, K.H. Bisri Syansuri, adalah pengajar pesantren
pertama yang mengajarkan kelas pada perempuan. Ayah Gus
Dur, K.H. Wahid Hasyim, terlibat dalam Gerakan Nasionalis dan
menjadi Menteri Agama tahun 1949. Ibunya, Ny. Hj. Sholehah,
adalah putri pendiri Pondok Pesantren Denanyar Jombang.
Wahid menikah dengan Sinta Nuriyah dan dikaruniai
empat orang anak: Alissa Qotrunnada, Zannuba Ariffah Chafsoh
(Yenny), Anita Hayatunnufus, dan Inayah Wulandari. Yenny juga aktif berpolitik di Partai Kebangkitan Bangsa dan saat
ini adalah direktur The Wahid Institute.
Golkar akan mendukung Gus Dur. Pada 20 Oktober 1999, MPR kembali berkumpul dan mulai memilih presiden
baru. Abdurrahman Wahid kemudian terpilih sebagai Presiden Indonesia ke-4 dengan 373 suara, sedangkan Megawati
hanya 313 suara.
Gus Dur pun berhasil meyakinkan Megawati untuk ikut serta. Pada 21 Oktober 1999, Megawati ikut serta dalam
pemilihan wakil presiden dan mengalahkan Hamzah Haz dari PPP.
Kabinet pertama Gus Dur, Kabinet Persatuan Nasional, adalah kabinet koalisi yang meliputi anggota berbagai
partai politik: PDI-P, PKB, Golkar, PPP, PAN, dan Partai Keadilan (PK). Non-partisan dan TNI juga ada dalam kabinet
tersebut. Wahid kemudian mulai melakukan dua reformasi pemerintahan. Reformasi pertama adalah membubarkan
Departemen Penerangan, senjata utama rezim Soeharto dalam menguasai media. Reformasi kedua adalah
membubarkan Departemen Sosial yang korup.
Pada 30 April, DPR mengeluarkan nota kedua dan meminta diadakannya Sidang Istimewa MPR pada 1 Agustus.
Gus Dur mulai putus asa dan meminta Menteri Koordinator Politik, Sosial, dan Keamanan (Menko Polsoskam) Susilo
Bambang Yudhoyono untuk menyatakan keadaan darurat. Yudhoyono menolak dan Gus Dur memberhentikannya
dari jabatannya beserta empat menteri lainnya dalam reshuffle kabinet pada tanggal 1 Juli 2009. Gus Dur kemudian
mengumumkan pemberlakuan dekrit yang berisi (1) pembubaran MPR/DPR, (2) mengembalikan kedaulatan ke tangan
rakyat dengan mempercepat pemilu dalam waktu satu tahun, dan (3) membekukan Partai Golkar sebagai bentuk
perlawanan terhadap Sidang Istimewa MPR. Namun dekrit tersebut tidak memperoleh dukungan dan pada 23 Juli,
MPR secara resmi memakzulkan Gus Dur dan menggantikannya dengan Megawati Sukarnoputri.
5. Megawati Soekarnoputri
Periode Jabatan : 23 Juli 2001 sampai 2004
D
iah Permata Megawati Setiawati Soekarnoputri (lahir
di Yogyakarta, 23 Januari 1947; umur 62 tahun) adalah
Presiden Indonesia dari 23 Juli 2001 - 20 Oktober
2004. Ia merupakan presiden wanita pertama dan presiden
kelima di Indonesia. Namanya cukup dikenal dengan Megawati
Soekarnoputri. Pada 20 September 2004, ia kalah dalam tahap
kedua pemilu presiden 2004. Ia menjadi presiden setelah MPR
mengadakan Sidang Istimewa pada tahun 2001. Sidang Istimewa
MPR diadakan dalam menanggapi langkah Presiden Abdurrahman
Wahid yang membekukan lembaga MPR/DPR dan Partai Golkar. Ia
dilantik pada 23 Juli 2001. Sebelumnya dari tahun 1999-2001, ia
adalah Wakil Presiden.
Megawati adalah anak kedua Presiden Soekarno yang telah
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945.
Ibunya Fatmawati kelahiran Bengkulu di mana Sukarno dahulu
diasingkan pada masa penjajahan belanda. Megawati dibesarkan
dalam suasana kemewahan di Istana Merdeka.
Dia pernah menuntut ilmu di Universitas Padjadjaran di
Bandung (tidak sampai lulus) dalam bidang pertanian, selain juga pernah mengenyam pendidikan di Fakultas Psikologi
Universitas Indonesia (tetapi tidak sampai lulus).
Karir politik Mega yang penuh liku seakan sejalan dengan garis kehidupan rumah tangganya yang pernah
mengalami kegagalan. Suami pertamanya, seorang pilot AURI, tewas dalam kecelakaan pesawat di laut sekitar Biak,
Irian Jaya. Waktu itu usia Mega masih awal dua puluhan dengan dua anak yang masih kecil. Namun, ia menjalin kasih
kembali dengan seorang pria asal Mesir, tetapi pernikahannya tak berlangsung lama. Kebahagiaan dan kedamaian
hidup rumah tangganya baru dirasakan setelah ia menikah dengan Moh. Taufiq Kiemas, rekannya sesama aktivis di
GMNI dulu, yang juga menjadi salah seorang penggerak PDIP.
Jejak politik sang ayah berpengaruh kuat pada Megawati. Karena sejak mahasiswa, saat kuliah di Fakultas
Pertanian Universitas Pajajaran, ia pun aktif di GMNI (Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia).
Tahun 1986 ia mulai masuk ke dunia politik, sebagai wakil ketua PDI Cabang Jakarta Pusat. Karir politiknya
terbilang melesat. Mega hanya butuh waktu satu tahun menjadi anggota DPR RI. Dalam Kongres Luar Biasa PDI yang
diselenggarakan di Surabaya 1993, Megawati terpilih secara aklamasi sebagai Ketua Umum PDI. Pemilu 1999, PDI
Mega yang berubah nama menjadi PDI Perjuangan berhasil memenangkan pemilu. Meski bukan menang telak, tetapi
ia berhasil meraih lebih dari tiga puluh persen suara. Massa pendukungnya, memaksa supaya Mega menjadi presiden.
Mereka mengancam, kalau Mega tidak jadi presiden akan terjadi revolusi. Namun alur yang berkembang dalam Sidang
Umum 1999 mengatakan lain: memilih KH Abdurrahman Wahid sebagai Presiden. Ia kalah tipis dalam voting pemilihan
Presiden: 373 banding 313 suara.
Namun, waktu juga yang berpihak kepada Megawati Sukarnoputri. Ia tidak harus menunggu lima tahun untuk
menggantikan posisi Presiden Abdurrahman Wahid, setelah Sidang Umum 1999 menggagalkannya menjadi Presiden.
Sidang Istimewa MPR, Senin (23/7/2001), telah menaikkan statusnya menjadi Presiden, setelah Presiden Abdurrahman
Wahid dicabut mandatnya oleh MPR RI. Masa pemerintahan Megawati ditandai dengan semakin menguatnya konsolidasi
demokrasi di Indonesia, dalam masa pemerintahannyalah, pemilihan umum presiden secara langsung dilaksanakan
dan secara umum dianggap merupakan salah satu keberhasilan proses demokratisasi di Indonesia. Ia mengalami
kekalahan (40% - 60%) dalam pemilihan umum presiden 2004 tersebut dan harus menyerahkan tonggak kepresidenan
kepada Susilo Bambang Yudhoyono mantan Menteri Koordinator pada masa pemerintahannya. (
id.wikipedia.org/wiki/Megawati_Soekarnoputri
Disarikan dari http://)
6. Susilo Bambang Yudhoyono (Jenderal TNI Purn.)
Periode Jabatan : 2004 sampai sekarang
J
di Tremas, Arjosari, Pacitan, Jawa Timur, Indonesia, 9
end. TNI (Purn.) Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono (lahir
September 1949; umur 60 tahun)
Yudhoyono yang dipanggil “Sus” oleh orang tuanya
dan populer dengan panggilan “SBY”, melewatkan sebagian
masa kecil dan remajanya di Pacitan. Ia merupakan seorang
pensiunan militer. Selama di militer ia lebih dikenal sebagai
Bambang Yudhoyono. Karier militernya terhenti ketika ia
diangkat Presiden Abdurrahman Wahid sebagai Menteri
Pertambangan dan Energi pada tahun 1999 dan tampil
sebagai salah seorang pendiri Partai Demokrat. Pangkat
terakhir Susilo Bambang Yudhoyono adalah Jenderal TNI
sebelum pensiun pada 25 September 2000. Pada Pemilu
Presiden 2004, keunggulan suaranya dari Presiden Megawati
Soekarnoputri membuatnya menjadi presiden pertama yang
terpilih melalui pemilihan langsung oleh rakyat Indonesia. Hal
ini dimungkinkan setelah melalui amandemen UUD 1945.
Dalam kehidupan pribadinya, Ia menikah dengan
Kristiani Herrawati yang merupakan anak perempuan ketiga
Jenderal (Purn) Sarwo Edhi Wibowo (alm), komandan RPKAD
(kini Kopassus) yang turut membantu menumpas Partai Komunis Indonesia (PKI) pada tahun 1965.
Susilo Bambang Yudhoyono adalah Presiden Indonesia ke-6 yang menjabat sejak 20 Oktober 2004. Ia, bersama
Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla, terpilih dalam Pemilu Presiden 2004
MPR periode 1999-2004 mengamandemen Undang-Undang Dasar 1945 UUD 1945 sehingga memungkinkan
presiden dan wakil presiden dipilih secara langsung oleh rakyat. Pemilu presiden dua tahap kemudian dimenanginya
dengan 60,9 persen suara pemilih dan terpilih sebagai presiden. Dia kemudian dicatat sebagai presiden terpilih pertama
pilihan rakyat dan tampil sebagai presiden Indonesia keenam setelah dilantik pada 20 Oktober 2004 bersama Wakil
Presiden Jusuf Kalla. Ia unggul dari pasangan Presiden Megawati Soekarnoputri-Hasyim Muzadi pada pemilu 2004.
Kolusi, Korupsi, dan Nepotisme (KKN) sebagai prioritas penting dalam kepemimpinannya selain kasus terorisme
global. Penanggulangan bahaya narkoba, perjudian, dan perdagangan manusia juga sebagai beban berat yang
membutuhkan kerja keras bersama pimpinan dan rakyat.
Di masa jabatannya, Indonesia mengalami sejumlah bencana alam seperti gelombang tsunami, gempa bumi, dll.
Semua ini merupakan tantangan tambahan bagi Presiden yang masih bergelut dengan upaya memulihkan kehidupan
ekonomi negara dan kesejahteraan rakyat.
Susilo Bambang Yudhoyono juga membentuk UKP3R, sebuah lembaga kepresidenan yang diketuai oleh Marsilam
Simandjuntak pada 26 Oktober 2006. Lembaga ini pada awal pembentukannya mendapat tentangan dari Partai Golkar
seiring dengan isu tidak dilibatkannya Wakil Presiden Jusuf Kalla dalam pembentukannya serta isu dibentuknya UKP3R
untuk memangkas kewenangan Wakil Presiden, tetapi akhirnya diterima setelah SBY sendiri menjelaskannya dalam
sebuah keterangan pers.
Ia berhasil melanjutkan pemerintahannya untuk periode kedua dengan kembali memenangkan Pemilu Presiden
2009, kali ini bersama Wakil Presiden Boediono. Sehingga, sejak era reformasi dimulai, Susilo Bambang Yudhoyono
merupakan Presiden Indonesia pertama yang menyelesaikan masa kepresidenan selama 5 tahun dan berhasil terpilih
kembali untuk periode kedua. (
Disarikan dari http://id.wikipedia.org/wiki/Susilo_Bambang_Yudhoyono)
Wakil Presiden
1. Drs. Mohammad Hatta
Periode Jabatan: 1945 sampai 1956
D
Hatta, lahir di Bukittinggi, Sumatera Barat, 12 Agustus
r.(H.C.) drs. H. Mohammad Hatta (populer sebagai Bung
1902 – meninggal di Jakarta, 14 Maret 1980 pada
umur 77 tahun) adalah pejuang, negarawan, dan juga Wakil
Presiden Indonesia yang pertama. Ia mundur dari jabatan wakil
presiden pada tahun 1956, karena berselisih dengan Presiden
Soekarno. Hatta dikenal sebagai Bapak Koperasi Indonesia.
Bandar udara internasional Jakarta menggunakan namanya
sebagai penghormatan terhadap jasanya sebagai salah seorang
proklamator kemerdekaan Indonesia.
Nama yang diberikan oleh orangtuanya ketika dilahirkan
adalah Muhammad Athar. Hatta lahir dari keluarga ulama
Minangkabau, Sumatera Barat. Ia menempuh pendidikan
dasar di Sekolah Melayu, Bukittinggi, dan pada tahun 1913-
1916 melanjutkan studinya ke Europeesche Lagere School
(ELS) di Padang. Saat usia 13 tahun, sebenarnya ia telah lulus
ujian masuk ke HBS (setingkat SMA) di Batavia (kini Jakarta),
namun ibunya menginginkan Hatta agar tetap di Padang
dahulu, mengingat usianya yang masih muda. Akhirnya Bung
Hatta melanjutkan studi ke MULO di Padang. Baru pada tahun
1919 ia pergi ke Batavia untuk studi di Sekolah Tinggi Dagang
“Prins Hendrik School”. Ia menyelesaikan studinya dengan hasil sangat baik, dan pada tahun 1921, Bung Hatta pergi
ke Rotterdam, Belanda untuk belajar ilmu perdagangan/bisnis di Nederland Handelshogeschool (bahasa inggris:
Rotterdam School of Commerce, kini menjadi Universitas Erasmus). Di Belanda, ia kemudian tinggal selama 11 tahun.
Hatta menikah dengan Rahmi Rachim pada tanggal 18 Nopember 1945 di Megamendung, Bogor, Jawa Barat.
Mereka mempunyai tiga orang putri, yaitu Meutia Farida, Gemala Rabi’ah, dan Halida Nuriah. Dua orang putrinya
yang tertua telah menikah. Yang pertama dengan Dr. Sri-Edi Swasono dan yang kedua dengan Drs. Mohammad Chalil
Baridjambek. Hatta sempat menyaksikan kelahiran dua cucunya, yaitu Sri Juwita Hanum Swasono dan Mohamad Athar
Baridjambek.
Pada tangal 27 November 1956, Bung Hatta memperoleh gelar kehormatan akademis yaitu Doctor Honoris
Causa dalam Ilmu Hukum dari Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta. Pidato pengukuhannya berjudul “Lampau dan
Datang”.
Pada tahun 1932 Hatta kembali ke Indonesia dan bergabung dengan organisasi Club Pendidikan Nasional Indonesia
yang bertujuan meningkatkan kesadaran politik rakyat Indonesia melalui proses pelatihan-pelatihan. Belanda kembali
menangkap Hatta, bersama Soetan Sjahrir, ketua Club Pendidikan Nasional Indonesia pada bulan Februari 1934. Hatta
diasingkan ke Digul dan kemudian ke Banda selama 6 tahun.
Pada tahun 1945, Hatta secara aklamasi diangkat sebagai wakil presiden pertama RI, bersama Bung Karno yang
menjadi presiden RI sehari setelah ia dan bung karno memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Oleh karena peran
tersebut maka keduanya disebut Bapak Proklamator Indonesia. (
Hatta
Disarikan : http://id.wikipedia.org/wiki/Mohammad_)
2. Sri Sultan Hamengkubuwono IX
Periode Jabatan : 1973 sampai 1978
L
ahir di Yogyakarta dengan nama GRM Dorojatun pada 12
April 1912, Hamengkubuwono IX adalah putra dari Sri
Sultan Hamengkubuwono VIII dan Raden Ajeng Kustilah.
Di umur 4 tahun Hamengkubuwono IX tinggal pisah dari
keluarganya. Dia memperoleh pendidikan di HIS di Yogyakarta,
MULO di Semarang, dan AMS di Bandung. Pada tahun 1930-
an beliau berkuliah di Rijkuniversiteit (sekarang Universiteit
Leiden), Belanda (“Sultan Henkie”).
Hamengkubuwono IX dinobatkan sebagai Sultan
Yogyakarta pada tanggal 18 Maret 1940 dengan gelar “Sampeyan
Dalem Ingkang Sinuhun Kanjeng Sultan Hamengkubuwono
Senopati Ing Alogo Ngabdurrokhman Sayidin Panatagama
Khalifatullah ingkang Jumeneng Kaping Songo”. Ia merupakan
sultan yang menentang penjajahan Belanda dan mendorong
kemerdekaan Indonesia. Selain itu, dia juga mendorong agar
pemerintah RI memberi status khusus bagi Yogyakarta dengan
predikat “Istimewa”.
Sejak 1946 beliau pernah beberapa kali menjabat menteri
pada kabinet yang dipimpin Presiden Soekarno. Jabatan resminya
pada tahun 1966 adalah ialah Menteri Utama di bidang Ekuin.
Pada tahun 1973 beliau diangkat sebagai wakil presiden. Pada akhir masa jabatannya pada tahun 1978, beliau menolak
untuk dipilih kembali sebagai wakil presiden dengan alasan kesehatan. Namun, ada rumor yang mengatakan bahwa
alasan sebenarnya ia mundur adalah karena tak menyukai Presiden Soeharto yang represif seperti pada Peristiwa
Malari dan hanyut pada KKN.
Beliau ikut menghadiri perayaan 50 tahun kekuasaan Ratu Wilhelmina di Amsterdam, Belanda pada tahun
1938
Minggu malam 2 Oktober 1988, ia wafat di George Washington University Medical Centre, Amerika Serikat dan
dimakamkan di pemakaman para sultan Mataram di Imogiri.
3. H. Adam Malik
Periode Jabatan : 23 Maret 1978 sampai 1983
A
dam Malik Batubara (lahir di Pematangsiantar, Sumatera
Utara, 22 Juli 1917 – meninggal di Bandung, Jawa Barat,
5 September 1984 pada umur 67 tahun) adalah mantan
Menteri Indonesia pada beberapa Departemen, antara lain beliau
pernah menjabat menjadi Menteri Luar Negeri. Ia juga pernah
menjadi Wakil Presiden Indonesia yang ketiga.
Karir beliau diawali sebagai wartawan dan tokoh pergerakan
kebangsaan yang dilakukannya secara autodidak. Di masa mudanya,
beliau sudah aktif ikut pergerakan nasional memperjuangkan
kemerdekaan Indonesia.
Ketika terjadi pergantian rezim pemerintahan Orde Lama,
posisi Adam Malik yang berseberangan dengan kelompok kiri
justru malah menguntungkannya. Tahun 1966, Adam disebutsebut
dalam trio baru Soeharto-Sultan-Malik. Pada tahun yang
sama, lewat televisi, beliau menyatakan keluar dari Partai Murba
karena pendirian Partai Murba, yang menentang masuknya modal
asing. Empat tahun kemudian, ia bergabung dengan Golkar. Pada
tahun 1964, beliau mengembang tanggung jawab sebagai Ketua
Delegasi untuk Komisi Perdagangan dan Pembangunan di PBB. Di tahun 1966, karir beliau semakin gemilang ketika
menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri II (Waperdam II) sekaligus sebagai Menteri Luar Negeri Republik Indonesia
di kabinet Dwikora II.
Karir murni beliau sebagai Menteri Luar Negeri dimulai di kabinet Ampera I pada tahun 1966. Pada tahun 1967,
beliau kembali memangku jabatan Menteri Luar Negeri di kabinet Ampera II. Pada tahun 1968, Menteri Luar Negeri
dalam kabinet Pembangunan I, dan tahun 1973 kembali memangku jabatan sebagai Menteri Luar Negeri untuk terakhir
kalinya dalam kabinet Pembangunan II. Di tahun 1971, beliau sempat memimpin sidang umum PBB ke-26 sebagai
Ketua Sidang.
Karir tertinggi beliau dicapai ketika berhasil memangku jabatan sebagai Wakil Presiden RI yang diangkat oleh
Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) di tahun 1978. Beliau merupakan Menteri Luar Negeri RI di urutan kedua yang
cukup lama dipercaya untuk memangku jabatan tersebut setelah Dr. Soebandrio. Sebagai Menteri Luar Negeri dalam
pemerintahan Orde Baru, Adam Malik berperanan penting dalam berbagai perundingan dengan negara-negara lain
termasuk rescheduling utang Indonesia peninggalan Orde Lama. Bersama Menteri Luar Negeri negara-negara ASEAN,
Adam Malik memelopori terbentuknya ASEAN tahun 1967.
Setelah mengabdikan diri demi bangsa dan negaranya, H.Adam Malik meninggal di Bandung pada 5 September
1984 karena kanker lever. Kemudian, isteri dan anak-anaknya mengabadikan namanya dengan mendirikan Museum
Adam Malik. Pemerintah juga memberikan berbagai tanda kehormatan. Atas jasa-jasa beliau, beliau dianugerahi
berbagai macam penghargaan, diantaranya adalah Bintang Mahaputera kl. IV pada tahun 1971, Bintang Adhi Perdana
kl.II pada tahun 1973, dan diangkat sebagai Pahlawan Nasional pada tahun 1998. (
wiki/Adam_Malik
Sumber : http://id.wikipedia.org/)
10
4. Umar Wirahadikusumah (Jenderal TNI Purn.)
Periode Jabatan: 1983 sampai 1988
U
Barat, 10 Oktober 1924 – meninggal di Jakarta, 21 Maret
2003 pada umur 78 tahun) adalah Wakil Presiden Republik
mar Wirahadikusumah (lahir di Situraja, Sumedang, Jawa
Indonesia keempat, dengan masa bakti 1983-1988. Sebagai anak dari
ayah Raden Rangga Wirahadikusumah, Wedana Ciawi dan ibunya
Raden Ratnaningrum, putri Patih Demang Kartamenda di Bandung,
Umar lahir di keluarga terpandang dan mengenyam pendidikan
kolonial Belanda. Ia belajar di Europesche School (ELS) dan tamat
tahun 1942. Umar kemudian melanjutkan sekolahnya di MULO sambil
ikut pendidikan Seinendojo di Tangerang selama 8 bulan. Setamat itu,
ia meneruskan pendidikan militernya ke pendidikan PETA di Bogor
selama 6 bulan.
Umar Wirahadikusumah mempunyai istri, Ny Karlinah Djaja
Atmadja, yang dinikahinya 2 Februari 1957, dan dua orang anak, Rina
Ariani dan Nila Shanti, serta enam orang cucu
Pada tahun 1983, Umar dipilih MPR menjadi Wakil Presiden
melalui Sidang Umum MPR 1983. Pemilihan ini tidak diduga banyak
orang, mengingat figur Umar yang walaupun terkenal dengan integritas yang tinggi, masih belum dipersepsikan satu
kelas dengan Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan Adam Malik.
Sebagai Wakil Presiden pada pemerintahan Soeharto, Umar merupakan salah satu dari sedikit orang yang
benar-benar berjuang untuk memerangi korupsi. Seorang yang religius, Umar berharap agama dapat menjadi faktor
bertobatnya koruptor. Umar juga terkenal dengan inspeksi mendadak ke kota-kota dan desa-desa di daerah, untuk
memantau kebijakan pemerintah pada tingkat pelaksanaan dan efek-efeknya pada rakyat.
Masa jabatan Umar berakhir pada Maret 1988 dimana ia digantikan oleh Sudharmono. Banyak kalangan yang
kecewa ia tidak menjabat Wakil Presiden untuk masa jabatan selanjutnya. Reputasi baiknya pada saat itu menggugah
Sudharmono untuk benar-benar memastikan bahwa Umar tidak bersedia untuk menjabat Wakil Presiden, sebelum ia
sendiri bersedia untuk menggantikan Umar.
Umar Wirahadikusumah mengembuskan napas terakhir, sekitar pukul 07.53 WIB, Jumat 21 Maret 2003 di Rumah
Sakit Pusat TNI-AD Gatot Subroto, Jakarta Pusat, setelah sempat mendapat perawatan intensif selama dua pekan.
Umar dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan, Jumat petang pukul 16.00, dengan
upacara militer yang dipimpin mantan Wapres Jenderal (Purn) Try Sutrisno dan komandan upacara Kolonel Tisna
Komara (Asisten Intelijen Komando Cadangan Strategis TNI Angkatan Darat/Kostrad).
Ia menderita penyakit jantung selama tiga belastahun dan telah menjalani operasi by pass jantung tahun 1989 di
Herz Und Diabetes Zentrum di Badoeyhausen, Jerman. Setelah operasi jantung tersebut, kesehatan almarhum cukup
baik, bahkan tetap bisa berolahraga golf. Namun sejak September 2002, jantung mantan Pangdam V Jakarta Raya
(1960-1966) ini kembali mengalami gangguan dan harus menjalani perawatan lagi di Jerman.
Sepulang dari perawatan di Jerman, ia terus menjalani home care karena daya pompa jantungnya telah sangat
melemah dan adanya bendungan pada paru sehingga mengakibatkan sesak napas. Sejak 5 Maret 2003, ia dirawat di
paviliun Kartika RSPAD, sejak 8 Maret 2003, mendapat perawatan di ruang ICU, hingga akhirnya wafat. (
Disarikan dari
http://id.wikipedia.org/wiki/Umar_Wirahadikusumah
)
11
5. H. Sudharmono, SH
Periode Jabatan: 1988 sampai 1993
Tempat tanggal lahir: Cerme, Gresik, Jawa Timur 12 Maret
1927
S
oedharmono (lahir di Cerme, Gresik, Jawa Timur, 12 Maret
1927 – meninggal di Jakarta, 25 Januari 2006 pada umur 78
tahun) adalah Wakil Presiden Republik Indonesia yang kelima,
antara tahun 1988 hingga 1993.
Pilihan Presiden Soeharto ini sempat dihadang oleh Brigjen
Ibrahim Saleh, seorang anggota Fraksi ABRI, yang melakukan
interupsi di dalam sidang yang akan segera menetapkan
Sudharmono sebagai wakil presiden. Namun upaya ini gagal,
karena Ibrahim Saleh segera disingkirkan dan dikeluarkan dari
ruang sidang. Belakangan ia dinyatakan mengalami stress berat,
bahkan gangguan jiwa. Saat itu memang terjadi ketegangan antara
pihak Golongan Karya unsur sipil (Jalur G) dan birokrasi (Jalur B)
yang menginginkan terpilihnya Sudharmono dan Golongan Karya
unsur militer (Jalur A) yang menginginkan terpilihnya Try Sutrisno.
Lahir di Cerme, Gresik, Jawa Timur, ia sudah menjadi yatim
piatu dari kecil. Dari bocah yang sejak usia 3 tahun berpindahpindah
orang tua asuh, ia tumbuh mencapai kursi puncak tertinggi
kedua RI. Ibunya Soekarsi meninggal ketika melahirkan adik bungsu Soedharmono (1930). Ayahnya R. Wiroredjo
meninggal 6 bulan kemudian karena sakit.
Karirnya antara lain sebagai Jaksa tentara tertinggi di Medan (1957-1961), jaksa tentara merangkap perwira staf
Penguasa Perang Tertinggi, Sekretaris Kabinet merangkap Sekretaris Dewan Stabilitas Ekonomi (1966-1972), sejak SU
MPR 1988 dan Musyawarah Nasional III Golkar 1983 menjadi ketua Umum Golkar, dan Wakil Presiden kelima RI 1988-
1993.
Rabu malam, 25 Januari 2006, sekitar pukul 19.40 WIB, Sudharmono meninggal dunia setelah menjalani
perawatan selama dua pekan di Rumah Sakit MMC, Jakarta, sejak 10 Januari 2006. Ia meninggalkan seorang istri,
Emma Norma, dan tiga orang anak.
Esok paginya, Pak Dhar dimakamkan di TMP Kalibata dengan pimpinan upacara Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono .(
Disarikan dari : http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_Wakil_Presiden_Indonesia)
12
7. Try Sutrisno (Jenderal TNI Purn.)
Periode Jabatan : 1993 sampai 1998
Tempat tanggal lahir : Surabaya, Jawa Timur 15 November
1935
P
Sutiawati dan kemudian telah melahirkan baginya 4 orang
ada tanggal 5 Februari 1961, Try resmi menikah dengan Tuti
putera dan 3 orang puteri. Dalam mendidik keluarganya,
Try selalu bertolak pada pola hidup sederhana, berdisiplin dan
menjunjung tinggi nilai-nilai aturan hukum, tradisi budaya dan
syari’at agama. Pasangan suami-isteri ini dikenal sangat harmonis
dan bersahaja.
Dari 4 orang puteranya, seorang mengabdikan diri sebagai
anggota Polri, dan yang seorang lagi mengabdikan diri sebagai
anggota TNI AD mengikuti jejaknya. Sementara puteri sulungnya
yang berprofesi sebagai dokter gigi, bersuamikan seorang
anggota TNI AD juga, Jenderal TNI Ryamizard Ryacudu, yang
menjabat Kasad pada pemerintahan Megawati Soekarnoputri.
Ia dilantik sebagai Wakil Presiden dibawah Presiden Soeharto pada Sidang Umum MPR tahun 1993, menggantikan
Sudharmono. Ia menjabat sampai tahun 1998 dan digantikan oleh BJ Habibie.
Setelah turunnya Presiden Soeharto dan diizinkannya pembentukan partai-partai politik menyongsong Pemilu
1999, Try Sutrisno aktif dalam kepengurusan Partai Keadilan dan Persatuan yang pada Pemilu 2004 berubah namanya
menjadi Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia.
Mantan Wakil Presiden ini dikenal sebagai seorang negarawan yang jujur, bersahaja, loyal, berdedikasi tinggi dan
berpendirian teguh. Putra terbaik bangsa ini bukanlah seorang yang haus jabatan (ambisius) yang mau menghalalkan
segala cara untuk meraih jabatan tertentu. Mantan Panglima ABRI dan Ajudan Presiden Soeharto ini terbilang loyal
kepada atasan namun selalu teguh pada pendirian. Ia selalu bijak dan bajik mengambil posisi sesuai batas-batas
kepantasan tanggung jawabnya.
Kendati ia begitu loyal dan dekat dengan Pak Harto, baik sebagai ajudan dan Panglima ABRI (TNI) maupun sebagai
Wakil Presiden, ia tetap bisa menjaga posisi. Seperti, tidak ikut dalam berbagai yayasan yang didirikan Pak Harto. Ia juga
bisa menjaga jarak dengan para konglomerat yang dikenal dekat dengan penguasa ketika itu.
Maka tak heran ketika pencalonannya sebagai wakil presiden oleh Fraksi ABRI, Preisden Soeharto disebut-sebut
kurang menyetujuinya dan merasa di-fait accompli. Namun walaupun begitu, ia tetap menjalankan tugasnya sebagai
Wapres dengan penuh dedikasi dan loyalitas.
Pada tahun 1998 tugasnya sebagai Wapres berakhir, dan kemudian digantikan oleh BJ. Habibie pada Sidang
Umum MPR 1998
Namun Pak Harto tak merespon keinginan pasar tersebut dan tetap memilih BJ Habibie menjadi wakil presiden
yang kemudian bersama 14 menteri mempraktekkan ungkapan politik bahwa tidak ada persahabatan yang abadi tetapi
kepentinganlah yang abadi.
Tidak demikian dengan Pak Try. Kendati Pak Harto lebih memilih BJ Habibie menjadi Wakil Presiden Kabinet
Pembangunan VII, Try Sutrisno tetap membina hubungan baik dengan Pak Harto. Bahkan ketika Pak Harto ‘ditinggalkan’
BJ Habibie dan 14 menteri Kabinet Pembangunan VII yang mendorong Pak Harto memilih mengundurkan diri (lengser),
Try Sutrisno tetap menghormati Pak Harto. Ia seorang dari sedikit pejabat Orde Baru yang tetap memberi dorongan
moril dengan mengunjungi Pak Harto setelah lengser. (
try-sutrisno/index.shtm
Disarikan dari : http://www.tokohindonesia.com/ensiklopedi/t/l)
13
7. Prof. Dr. Ing. B.J. Habibie
Periode Jabatan : 1998 (2 Bulan)
Profil: Lihat Presiden Prof. Dr. Ing. B.J. Habibie di atas.
8. Megawati Soekarnoputri
Periode Jabatan : 1999 sampai 2001
Profil: Lihat Presiden Megawati Soekarno Putri di atas.
9. Dr. H. Hamzah Haz
Periode Jabatan: 2001 sampai 2004
D
r. H. Hamzah Haz (lahir di Ketapang, Kalimantan Barat, 15 Februari
1940; umur 69 tahun) adalah Wakil Presiden Republik Indonesia
yang kesembilan yang menjabat sejak tahun 2001 bersamaan dengan
naiknya Megawati Soekarnoputri ke kursi Presiden Republik Indonesia. Dalam
kepartaian, Hamzah Haz menjabat sebagai Ketua Umum Partai Persatuan
Pembangunan (PPP) tahun 1998-2007.
Pada Pemilu 2004, Hamzah Haz dicalonkan sebagai calon presiden
oleh partainya, PPP, berpasangan dengan Agum Gumelar sebagai calon wakil
presiden, namun ia kalah dengan perolehan suara hanya 3%. Hamzah Haz
bergelar PhD (S3 / doktoral) dari American World University,
Karir jurnalistik hanya sempat dijalaninya selama setahun. Sebab, tahun
berikutnya ia ikut ayahnya, anggota Koperasi Kopra yang mendapat tugas
belajar di Akademi Koperasi Negara Yogyakarta. “Mengingat koperasi juga menyangkut orang banyak, saya memutuskan
untuk ikut kuliah bersama ayah,” kilahnya.
Hamzah sempat menjadi Wakil Ketua DPW Nahdlatul Ulama (NU) Kalimantan Barat. Kemudian, mewakili NU
ia hijrah ke Gedung DPR/MPR di Senayan pada 1971. Setelah NU berfusi ke dalam Partai Persatuan Pembangunan, ia
terpilih secara terus-menerus menjadi anggota DPR mewakili PPP. Di PPP, ia sudah beberapa periode menjadi pengurus.
Terakhir, ia menjadi salah seorang ketua DPP PPP, sebelum akhirnya terpilih menjadi Ketua Umum DPP PPP pada akhir
1998.
Pada 1998 ia menjadi Menteri Negara Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
memperkuat kabinet Presiden Habibie. Ia mengaku, dibandingkan menjadi menteri, ia lebih senang menjadi anggota
DPR. Menurutnya, tugas menjadi anggota DPR saja sudah berat, apalagi menjadi menteri yang harus juga mengurusi
masalah teknis dan lobi di masa krisis yang belum berakhir.
Selama menjadi Meninves/Kepala BKPM, Hamzah tidak menempati rumah dinas bagi menteri. Sebab, ia tidak
ingin menjabat posisi menteri selamanya. Tanggal 10 Mei 1999, ia mengundurkan diri dari jabatan menteri karena ada
desakan masyarakat agar pimpinan partai tidak duduk sebagai menteri.
Sebagai hasil Pemilu 1999 terbentuk kabinet pimpinan Presiden KH Abdurrahman Wahid. Tanggal 29 Oktober
1999, ia diangkat menjadi Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat dan Pengentasan Kemiskinan (Menko
Kesra dan Taskin). Tetapi daripada dipecat ia memilih mengundurkan diri pada 26 November 1999 untuk kembali
berkonsentrasi penuh memimpin partai.
14
Pada hari Kamis, 26 Juli 2001, Hamzah terpilih sebagai Wakil Presiden ke-9 sejak Republik Indonesia ini berdiri
17 Agustus 1945. Langkah menuju posisi RI-2 yang ditempuh Hamzah Haz bisa dikatakan berliku dan diluar rencana.
Hal ini terutama jatuhnya KH Abdurrahman Wahid dari kursi presiden. Otomatis, Megawati yang menjabat wapres naik
menjadi presiden. Lowongnya kursi wapres itu tidak langsung ditempati Hamzah, melainkan ia harus melalui proses
pemilihan. Ia bertarung menghadapi nama-nama yang cukup dikenal luas seperti Ketua Umum Partai Golkar Akbar
Tandjung, mantan Menko Polsoskam Susilo Bambang Yudhoyono, Menko Polsoskam Agum Gumelar, dan Siswono
Yudo Husodo.
Hamzah dikenal sebagai orang yang sederhana. Ia bermukim di Jalan Tegalan 27, Matraman, Jakarta Timur.
Hamzah Haz didampingi dua istri. Keduanya telah menjadi hajah, Hj Asmaniah (tinggal di Jalan Tegalan 27, lahir 27 Juli
1942) dan Hj. Titin Kartini (tinggal di Bogor, lahir 4 Mei 1946). Dari kedua istri itu, ia memperoleh 12 anak (empat putra,
delapan putri). (
Disarikan dari : http://www.tokohindonesia.com/ensiklopedi/h/hamzah-haz/index.shtml)
15
10. Drs. M. Jusuf Kalla
Periode Jabatan: 2004 sampai 2009
D
rs. H. Muhammad Jusuf Kalla (lahir di Watampone, Bone,
Sulawesi Selatan, 15 Mei 1942; umur 67 tahun), atau sering
ditulis Jusuf Kalla saja atau JK, adalah mantan Wakil Presiden
Indonesia yang menjabat pada 2004 – 2009 dan Ketua Umum Partai
Golongan Karya pada periode yang sama. JK menjadi capres bersama
Wiranto dalam Pilpres 2009 yang diusung Golkar dan Hanura.
Jusuf Kalla lahir di Watampone, Kabupaten Bone, Sulawesi
Selatan pada tanggal 15 Mei 1942) sebagai anak ke-2 dari 17
bersaudara[1] dari pasangan Haji Kalla dan Athirah, pengusaha
keturunan Bugis yang memiliki bendera usaha Kalla Group. Bisnis
keluarga Kalla tersebut meliputi beberapa kelompok perusahaan di
berbagai bidang industri. Tahun 1968, Jusuf Kalla menjadi CEO dari NV
Hadji Kalla. Di bawah kepemimpinannya, NV Hadji Kalla berkembang
dari sekedar bisnis ekspor-impor, meluas ke bidang-bidang perhotelan,
konstruksi, pejualan kendaraan, perkapalan, real estate, transportasi,
peternakan udang, kelapa sawit, dan telekomunikasi. Di Makassar,
Jusuf Kalla dikenal akrab disapa oleh masyarakat dengan panggilan
Daeng Ucu.
Pengalaman organisasi kemahasiswaan Jusuf Kalla antara lain adalah Ketua HMI Cabang Makassar tahun 1965-
1966, Ketua Dewan Mahasiswa Universitas Hasanuddin (UNHAS) 1965-1966, serta Ketua Presidium Kesatuan Aksi
Mahasiswa Indonesia (KAMI) tahun 1967-1969. Sebelum terjun ke politik, Jusuf Kalla pernah menjabat sebagai Ketua
Kamar Dagang dan Industri Daerah (Kadinda) Sulawesi Selatan. Hingga kini, ia pun masih menjabat Ketua Ikatan Keluarga
Alumni (IKA) di alamamaternya Universitas Hasanuddin, setelah terpilih kembali pada musyawarah September 2006.
Jusuf Kalla menjabat sebagai menteri di era pemerintahan Abdurrahman Wahid (Presiden RI yang ke-4), tetapi
diberhentikan dengan tuduhan terlibat KKN. Jusuf Kalla kembali diangkat sebagai Menteri Koordinator Kesejahteraan
Rakyat di bawah pemerintahan Megawati Soekarnoputri (Presiden RI yang ke-5). Jusuf Kalla kemudian mengundurkan
diri sebagai menteri karena maju sebagai calon wakil presiden, mendampingi calon presiden Susilo Bambang
Yudhoyono.
Dengan kemenangan yang diraih oleh Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Presiden RI yang ke-6, secara otomatis
Jusuf Kalla juga berhasil meraih jabatan sebagai Wakil Presiden RI yang ke-10. Bersama-sama dengan Susilo Bambang
Yudhoyono, keduanya menjadi Presiden dan Wakil Presiden RI yang pertama kali dipilih secara langsung oleh rakyat.
Ia menjabat sebagai ketua umum Partai Golongan Karya menggantikan Akbar Tanjung sejak Desember 2004
hingga 9 Oktober 2009. Pada 10 Januari 2007, ia melantik 185 pengurus Badan Penelitian dan Pengembangan
Kekaryaan Partai Golkar di Kantor DPP Partai Golongan Karya di Slipi, Jakarta Barat, yang mayoritas anggotanya adalah
cendekiawan, pejabat publik, pegawai negeri sipil, pensiunan jenderal, dan pengamat politik yang kebanyakan bergelar
master, doktor, dan profesor.
H.M. Jusuf Kalla menikah dengan Hj. Mufidah Jusuf, dan dikaruniai seorang putra dan empat putri, serta sembilan
orang cucu. (
sumber http://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad_Jusuf_Kalla)
16
11. Prof. Dr. Boediono, M.Ec
Periode Jabatan: 2009 sampai sekarang
P
rof. Dr. Boediono, M.Ec. (lahir di Blitar, Jawa Timur, 25 Februari
1943; umur 66 tahun) adalah Wakil Presiden Indonesia yang
menjabat sejak 20 Oktober 2009. Ia terpilih dalam Pilpres 2009
bersama pasangannya, presiden yang sedang menjabat, Susilo Bambang
Yudhoyono. Sebelumnya ia pernah menjabat sebagai Gubernur Bank
Indonesia, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Menteri
Keuangan, Menteri Negara Perencanaan dan Pembangunan Nasional/
Kepala Bappenas, dan Direktur Bank Indonesia (sekarang setara Deputi
Gubernur). Saat ini ia juga mengajar di Fakultas Ekonomi Universitas
Gadjah Mada sebagai Guru Besar.
Boediono pertama kali diangkat menjadi menteri pada tahun
1998 dalam Kabinet Reformasi Pembangunan sebagai Menteri Negara
Perencanaan Pembangunan Nasional. Setahun kemudian, ketika terjadi
peralihan kabinet dan kepemimpinan dari Presiden BJ Habibie ke
Abdurrahman Wahid, ia digantikan oleh Kwik Kian Gie.
Ia kembali diangkat sebagai Menteri Keuangan pada tahun
2001 dalam Kabinet Gotong Royong menggantikan Rizal Ramli. Sebagai
Menteri Keuangan dalam Kabinet Gotong Royong, ia membawa
Indonesia lepas dari bantuan Dana Moneter Internasional dan mengakhiri kerja sama dengan lembaga tersebut. Oleh
BusinessWeek, ia dipandang sebagai salah seorang menteri yang paling berprestasi dalam kabinet tersebut. Di kabinet
tersebut, ia bersama Menteri Koordinator Perekonomian Dorodjatun Kuntjoro-Jakti dijuluki ‘The Dream Team’ karena
mereka dinilai berhasil menguatkan stabilitas makroekonomi Indonesia yang belum sepenuhnya pulih dari Krisis
Moneter 1998. Ia juga berhasil menstabilkan kurs rupiah di angka kisaran Rp 9.000 per dolar AS.
Ketika Susilo Bambang Yudhoyono terpilih sebagai presiden, banyak orang yang mengira bahwa Boediono
akan dipertahankan dalam jabatannya, namun posisinya ternyata ditempati Jusuf Anwar. Menurut laporan, Boediono
sebenarnya telah diminta oleh Presiden Yudhoyono untuk bertahan, namun ia memilih untuk beristirahat dan kembali
mengajar. Saat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melakukan perombakan (reshuffle) kabinet pada 5 Desember
2005, Boediono diangkat menggantikan Aburizal Bakrie menjadi Menteri Koordinator bidang Perekonomian. Indikasi
Boediono akan menggantikan Aburizal Bakrie direspon sangat positif oleh pasar sejak hari sebelumnya dengan
menguatnya IHSG serta mata uang rupiah. Kurs rupiah menguat hingga dibawah Rp 10.000 per dolar AS. Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG) di BEJ juga ditutup menguat hingga 23,046 poin (naik sekitar 2 persen) dan berada di posisi
1.119,417, berhasil menembus level 1.100. Ini karena Boediono dinilai mampu mengelola makro-ekonomi yang kala
itu belum didukung pemulihan sektor riil dan moneter.
Pada tanggal 9 April 2008, DPR mengesahkan Boediono sebagai Gubernur Bank Indonesia, menggantikan
Burhanuddin Abdullah. Ia merupakan calon tunggal yang diusulkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan
pengangkatannya didukung oleh Burhanuddin Abdullah, Menkeu Sri Mulyani, Kamar Dagang Industri atau Kadin, serta
seluruh anggota DPR kecuali fraksi PDIP.
Ketika namanya diumumkan sebagai calon wakil presiden mendampingi calon presiden Susilo Bambang
Yudhoyono (SBY) pada bulan Mei 2009, banyak pihak yang tidak bisa menerima dengan berbagai alasan, seperti tidak
adanya pengalaman politik, pendekatan ekonominya yang liberal, serta bahwa ia juga orang Jawa (SBY juga orang Jawa).
Namun demikian, ia dipilih oleh SBY karena ia sangat bebas kepentingan dan konsisten dalam melakukan reformasi
di bidang keuangan. Pasangan ini didukung Partai Demokrat dan 23 partai lainnya, termasuk PKB, PPP, PKS, dan PAN.
Pada Pemilihan Umum 8 Juli 2009, pasangan SBY-Boediono menang atas dua pesaingnya, Megawati—Prabowo dan
Kalla—Wiranto. (
sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Boediono)